Manwantara

MANWANTARA
Untuk menjernihkan ingatan kita agar bisa nyambung, maka pembaca harus membaca kembali postingan saya ttg satuan waktu menurut kitab suci Weda. Dimana disebutkan sebelumnya bahwa 71 dikali Mahayuga sama dengan 1 Manwantara . Sedangkan 1 Mahayuga sama dengan masa dalam caturyuga ditambahkan dg masa Sandhyamsha.
1 Manwantara artinya sama dengan 1 zaman Manu, itu berarti bahwa setiap manwantara ada Manu, Para Dewa, Indra dan Sapta Rsi sendiri. Untuk lebih jelas dpt dibaca nanti.
Ada 14 Manwantara untuk 1 harinya Brahman (1 kalpa), setelah Manwantara ke-14 berakhir, brahman akan mengembalikan seluruh ciptaanya keasalnya semula yg disebut dg pralaya, yg lamanya juga seharinya brahman.
Inilah Manu, Para Dewa, Indra dan sapta Rsi utk masing2 Manwantara :

Manwantara I :
Manu. : Swayambu.
Para dewa : Yama.
Indra. : Sacipati.
Sapta resi : Marici, Atri, Anggira,
Pulaha, Kratu, Pulastya,
Wasista .
Manwantara II :
Manu. : Swarocisa
Para Dewa : Parawata, Tusita
Indra. : Wipascita
Sapta Rsi. : Urja, Stamba, Prana,
Datoli, Resaba,
Niscara, Arwariwan
Manwantara III :
Manu. : Utama
Para Dewa. : Sudharma, Satya,
Siwa, Pratardana,
Bhawana, Wasawarti Indra. : Susanti
Sapta Rsi. : Kokurundi,
Dalbya, Sangka,
Prawahana, Siwa,
Sita, Sasmita Manwantara IV :
Manu. :Tamasa
Para Dewa. : Suraya, Supara, Hari,
Satya, Supta, Sudha
Indra. : Sibi
Sapta Rsi. : Jyotirdama, Pertu,
Kawya, Caitrya, Agni,
Walaka, Piwara Manwantara V :
Manu. : Raiwata
para Dewa. : Abhutaraja, Bhuti,
Waikuntha, Amitaba
Indra. : Wibu
Sapta Rsi. : Hiranyaroma,
Wedasri, Urdabahu,
Wedabahu,
Sudama, Parjanya,
Wasista K
Manwantara VI
Manu. : Caksusa
Para Dewa. : Akhya, Adya,
Prasuta, Bhawya,
Perthuka, Lekha[
Indra. : Manojawa
Sapta Rsi. : Sumeda, Wiraja,
Hawismana,
Utama, Madu, Ati,
Sahisnu Manwantara VII :
Manu. : Waiwasta
Para Dewa. : Aditya, Sandhya,
Basu, Rudra ,
Wiswadewa,
Marut, Aswin
Indra. : Purandara/
Urjaswi
Sapta Rsi. : Bharadwaja, Atri,
Wasista,
Wiswamitra,
Kasyapa,
Gotama,
Jamadagni Manwantara VIII :
Manu. : Sawarni
Para Dewa. : Sutapa
Indra. : Mahabali
Sapta Rsi. : Rama, Byasa,
Galawa, Krepa,
Resyasrengga,
Diptimana, Droni Manwantara IX :
Manu. : Daksasawarni
Para Dewa. : Parawata
Indra. : Adbut
Sapta Rsi. : Medatiti, Basu,
Satya,
Jyotismana,
Dyutimana,
Sabala,
Hawyawahana Manwantara X :
Manu. : Brahmasawarni
Para Dewa. : Wamana
Indra. : Santi
Sapta Rsi. :Tapomurti,
Hawismana,
Sukerta, Satya,
Nabaga, Apratima,
Wasista Manwantara XI :
Manu. : Darmasawarni
Para Dewa. : Wihanggama
Indra. :Wresa
Sapta Rsi. : Hawismana,
Warista, Risti,
Niscara, Anaga,
Wisti, Agni
Manwantara XII :
Manu. : Rudrasawarni Para Dewa. : Harita
Indra. : Retudama
Sapta Rsi. : Dyuti, Sutapa,
Tapaswi,
Tapomurti,
Taponidi, Taporati,
Tapomati
Manwantara XIII :
Manu. : Rocya
Para Dewa. : Sutrama
Indra. : Diwaspati
Sapta Rsi. : Dretimana,
Abyaya,
Tatwadasa,
Nirutsuka,
Nirmoha, Sutapa,
Nisprakampa Manwantara XIV :
Manu. : Botya
Para Dewa. : Caksusa
Indra. : Suci
Sapta Rsi. : Agnidara,
Agnibahu, Suci,
Mukta, Madawa,
Sakru, Ajita.

Perlu diketahui bahwa kita sekarang ini sedang berada dijaman kaliyuga pada Manwantara ke-7, berarti 6 Manwantara telah terlewati, dan 7 Manwantara lebih yang akan kita tempuh lagi.
Kita sedang berada hampir disetengah harinya Brahman atau hampir setengah Kalpa. Cukup lama lagi alam ini akan dilebur kembali oleh Brahman, ada waktu utk memperbaiki diri kita agar bisa mencapai moksa.

Muhurtas

30 MUHURTAS IN A DAY AND
A NIGHT

Śatapatha Brāhmaṇa describes a muhūrta as 1/15th portion of a day ( here day means the time from sunrise to sunset).
Assuming Sunrise at 6 AM :

No. Daily Period Name. Quality,

1. 06:00 – 06:48 Rudra Inauspic
ious
2. 06:48 – 07:36. Āhi.   Inauspic
ious
3. 07:36 – 08:24. Mitra. Auspici
ous
4. 08:24 – 09:12. Pitṝ      Inauspic
ious
5. 09:12 – 10:00. Vasu   Auspic
ious
6. 10:00–10:48. Vārāha  Auspic
ious
7. 10:48–11:36. Wisve.  Auspic
devā      ious
8. 11:36 – 12:24. Vidhi  Auspic
ious –
except
Mondays,
Wednesdays
and Fridays

9. 12:24–13:12  Suta
mukhī    Auspic
ious

10.13:12 –14:00  Puru
hūta.   Inauspic
ious

11.14:0014:48  Vāhinī   Inauspic
ious

12.14:48 –15:36. Nakta.   Inauspic
nakarā  ious

13.15:36 – 16:24 Varuṇa  Auspic
ious

14.16:24 – 17:12  Arya.    Auspic
man.     ious –
except.
Sundays 15.17:12 – 18:00  Bhaga  Auspic
ious

16.18:00 – 18:48  Girīśa.   Inauspic
ious

17.18:48 – 19:36  Aja.   Inauspic
pāda. ious
18.19:36 – 20:24 Ahir-
Budhnya.    Auspic
ious 19.20:24 – 21:12. Puṣya.   Auspic
ious

20.21:12 –22:00 Aśvinī      Auspic
ious

21.22:00 –22:48.  Yama   Inauspic
ious

22.22:48–23:36 Agni. Auspic
ious

23.23:36–24:24. Vidhātṛ  Auspic
ious

24.24:24–01:12 Kaṇḍa. Auspic
ious

25.01:12–02:00 Aditi. Auspic
ious

26.02:00–02:48.  Jīva/
Amṛta.       Very
Auspic
ious

27.02:48–03:36  Viṣṇu.  Auspic
ious
28.03:36–04:24  Dyum.  Auspic
adgad.    ious
yuti
29.04:24–05:12 Brahma.  Very.
Auspic
ious for
Mantra
Japa or
Prayer 30.05:12–06:00  Samu       Auspic
dram        ious

Note : each Muhurthas concist of
48 minutes.
Name = Name of Muhurtas.

 

Name = Name of Muhurtas.

Matra of Siva

Originally Answered: What are the most powerful mantras?

The most powerful mantra is om namah shivaya. It is the king of the five holy mantras and multiplies it’s power by ten. But I shall convey a different mantra. Many of my followers have seen that I have not been posting. This is due to continued meditation upon shiva and shakthi. After meditating for 15 days (12 hours a day) a mantra came to me. This mantra helps connect you to the 4th dimension, thereby becoming one with time. It has no literal meaning as it is combined with sanskrit, and 2 lost languages.

The mantra is

Om namo namah kala. Maha kala.maha chakra. Sudavarshina. Maheshvara ,sathyavida. Om namo namah kali. Maha kali. Maha mahadevi. Mahamaheshvari. Sathyam. Sarah. Siddhaya.namaha

This holy mantra calls upon shiva and shakthi in the form of kala and kali. Kala is the grand disc of time, while kali manifests herself as theenervy that makes the disc run. By chanting this mantra you tap into, and integrate with the 4th dimension ( kala), and become merged with time.

if the mantra is chanted 125,000 times the praction er is able to do amazing things. They may be able to see the future,start to anti age, live to at least 80 – 100 years, see inkling’s of the past, be able to go beyond the mundane understanding of time.they can also slow down and speed up time.7

If the practitioner chants the mantra 500,000 times they shall have received the first level of mastery over this mantra. They shall be able to change the vibration of the past , to change their future. Technically no one can travel back in time, until they reach samadhi, but we shall get around that.you can manifest whatever you want in the future and have a clear vision of what will happen.

If the mantra is chanted 3 million times one shall be able to use parralel universes and quantum fields to do anything. They can travel across fields of energy. They have a clear vision of the future and past.

If the mantra is chanted 10 million times the practioner gets all benefits listed above. They shall recieve 5 siddhis.they shall have a clear vision of all that is happened. They can also see current events in any part of the universe. They can change the future to their liking. They may also be able to change the effects of the past on the future.

If the mantra is chanted for 360 repetitions of 360,000 chants somewhere along (129- 130 million chants) they shall acheine complete mantra siddhi over the mantra. They shall be able to see everything that is happening in the universe with a complete, and undisturbed vision. They shall be able to move astral ly anywhere in the universe. They shall be able to change the past using parralel dimendions.( One cannot travel back in time, but events that have happened can seemingly dissappear into thin air. This is due to the reality of your being being shifted. This is extremely difficult to do, therefore requires a massive amount of chants. )You shall choose the time of your death. The limits of time shall not affect you. You shall exude perfect light. You can travel between lokas and dimensions.

If this mantra is chanted 1,200 times with 360 repetions( duration of kali yuga) they shall move past the effects of kali yuga. If they chant it 2400 times for 360 repetitions. they shall move past the effects of dwapara yuga.If they chant it 3600 times for 360 repetitions they shall move past the effects of treta yuga.if they chant it 4800 times they shall move past the effects of satya yuga and become one with bliss.

Nama-Nama Krisna

~Nama-nama Krishna di dalam Bhagavad Gita~

Suatu ketika Shri Krishna mengetuk pintu rumah Shrimati Maharani dan percakapan terjadi percakapan berikut:
Radharani: Siapakah itu?
Krishna: Aku adalah Hari. Kata Hari di (dalam) Bahasa Sansekerta berarti seekor singa,kemudian dia menjawab:
Radharani: Tidak ada mangsa di sini, jadi kenapa kamu datang kesini?
Krishna: Aku adalah Madhava apakah kamu kenal aku? Kata itu Madhava, selain menjadi nama Krishna juga berarti musim semi, Kembali dia menjawab:
Radharani: Sekarang bukan waktu musim semi mengapa kamu datang.
Krishna: Aku adalah Janardana, pasti kamu mengenaliku aku?
Kata Janardana mengandung banyak arti, dua hal yang bertentangan dengan yang lain. Arti kedua – orang yang menyebabkan kesusahan ke masyarakat dan juga orang yang menghancurkan yang jahat. Shrimati Radha memilih arti yang pertama:
Radharani: Orang seperti kamu pantasnya tinggal di dalam hutan yang tidak ada orang lain karena kamu dapat menyebabkan kesusahan.
Krishna: Gadis muda ayo buka pintunya, aku adalah Madhusudana. Kata Madhusudana memiliki 2 arti yaitu ‘ pembunuh setan nama Madhu,’ dan juga berarti lebah madu yang minum madu ( madhu) dari berbagai bunga. Kemudian dia berkata:
Radharani: Sekarang aku memahami, kamu suatu Dvirepha. Dvirepha memiliki arti suatu lebah madu atau orang yang tersingkir dari kasta. Lalu Radharani bilang bahwa Krishna mempunyai kebiasaan mengipas-ngipaskan lebah madu itu ke arah berbagai gopis, sehingga ia diasingkan.
Di cerita di atas Krishna menyebutkan berbagai nama namun diartikan berbeda oleh Radharani. Banyak dari nama ini juga terjadi ketika terjadi percakapan yang suci antara Krishna Dan Arjuna,dalam Bhagavad Gita namun dalam kitab tersebut tidak dijelaskan maknanya.

Di dalam Bhagavad Gita ada empat puluh nama berbeda yang digunakan oleh Arjuna untuk menyebutkan ( memuji)nama Shri Krishna. Masing-Masing nama ini menguraikan suatu atribut atau kekuatan dewa, makna filosofis, menjelaskan lebih dalam mengenai dialogue antara keduanya.
Julukan yang berbeda-beda yang disebutkan Arjuna Kepada Krishna bukan hanya untuk variasi tetapi konteks itu memiliki banyak arti. Ini adalah salah satu keistimewaan dalam mempelajari Bhagavad Gita sehingga kita memiliki acuan untuk belajar filosofi.

Bagian terbesar Bhagavad Gita tidak lain adalah ketika terjadi suatu dialogue antara Arjuna Dan Krishna yang diawali wejangan tentang bagaimana membebaskan diri dari kesusahan. Sebagai contoh, panggilan pertamanya kepada Krishna di teks itu tidak lain dari suatu perintah yang diberi oleh seorang prajurit kepada kusir. Arjuna berkata:
” O Achyuta, Tempatkan kereta perangku di tengah-tengah medan perang.” ( Bhagavad Gita 1.21)
Di sini Arjuna menunjuk Krishna sebagai ” Achyuta,” yang berarti ” orang yang tidak pernah mundur dari posisinya.” Ini menyiratkan bahwa Krishna, meskipun ia adalah raja yang tertinggi, mempunyai rasa kasih sayang untuk penggemarnya walaupun Arjuna menunjuknya sebagai seorang kusir. Bagaimanapun juga hal itu bukan hal yang pantas disandang oleh raja yang agung. Barangkali ini lah keagungan Tuhan yang akan memberi hukuman kepada orang yang salah dan memberi penghargaan kepada orang yang bijaksana. Seperti halnya seorang Ayah, ketika ia kembali ke rumah akan meluangkan waktu untuk bermain dengan cucu lelaki dan menuruti perintah dari anak-anaknya.

Tentu saja itu adalah sifat alami Krishna yang amat berbelas kasih untuk menerima pekerjaan yang rendah sekalipun dari penggemarnya. Ketika Kakak laki-laki Arjuna- Yudhishtra melakukan pengorbanan bear ( yajna) Rajasuya, masing-masing anggota keluarga telah ditugaskan suatu tanggung jawab yang berbeda dan apa yang Shri Krishna lakukan? Raja yang besar itu mengabdikan diri untuk mencuci kaki para tamu yang datang kepada yajna itu. Yudhishtra berkata dalam Bhagavata Purana:
” Bagaikan cahaya matahari yang tidak akan susut ketika terbit atau tenggelam, meskipun demikian tindakanmu tetapi sama sekali tidak mengurangi kemuliaanmu.” ( 10.74.4)

Krishna mematuhi perintah Arjuna dan kereta perang itu ditempatkan di tengah dua pasukan yang akan bertempur. Kita semua pasti mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Melihat dekat dan orang-orang yang dia sayangi siap untuk mengorbankan jiwanya, Arjuna terendam dalam kesedihan dan mengalami keputusasaan. Dengan badan yang gemetar, Arjuna berkata:
” O Madhusudana, aku tidak ingin membunuh keluargaku ini, walaupun mereka akan membunuhku”. (Bhagavad Gita 1.35)

Julukan Madhusudana berarti pembunuh setan bernama ” Madhu.” Hal itu mengacu pada pembasmian raksana itu oleh raja sebelum terciptanya dunia ini. Kata” Madhu” juga berarti ‘ madu,’ dan setan Madhu itu muncul di dunia ini tampak manis kepada kita..Dengan ini, Arjuna mengingatkan Krishna bahwa ia telah membunuh raksasa sebelumnya, apakah perlu ia perlu melakukan hal yang sama.
Arjuna bertanya:
” O Madhava, bagaimana mungkin kita akan bahagia dengan pembunuhan kita sendiri?” ( 1.36)

Kata Madava berasal dari kata” Ma” berarti Dewi Lakshmi dan ” Dhav” berartilah suami. Dengan julukan itu Arjuna ingin menunjuk bahwa Krishna adalah Dewi Keberuntungan, yang selalu menunjuk jalan yang akan menyelamatkan keluarga Arjuna dari kemalangan yang segera terjadi.
Seperti itu lah ceritanya, Krishna bercakap-cakap dengan Arjuna bahwa satu-satunya cara untuk memperoleh kedamaian dengan ketenangan hati dan pikiran, Arjuna kemudian berkata:
” Pikiran itu tidak bisa tenang, selalu bergolak dan sangat kuat. Untuk menundukkannya lebih sulit dibanding pengendalian angin.O Krishna” ( 6.34)

Filosofi India tentang Kehidupan sangat sempurna dan nyata bahwa sangat sukar untuk mengendalikan pikiran itu.Bagaimanapun seseorang tidak harus melakukannya, di sana banyak jalan lebih mudah menuju keselamatan. Karena pikiran tidak tetap, tetapi seperti pelacur yang pergi ke sana kemari menuju obyek yang diinginkan, solusinya adalah mengawinkannya dengan seorang suami yang bijak. Sebenarnya, Krishna adalah tujuan terakhir, dan seperti magnet yang menarik besi didekatnya, ia juga secara alami menarik penggemar nya.Tentu saja, julukan dari namaNya adalah simbolis untuk dapat ‘ dipahami ‘ oleh penggemarnya.

Arjuna di dalam ayat ini, menjelaskan bahwa ia tidak mampu untuk mengalihkan pikiran resahnya ke arah kaki Krishna dan sebagai gantinya memohon Krishna untuk melakukannya.
Krishna kemudian perlahan-lahan memberikan wejanganKemudian Krisna berkata:
” Mereka yang mencoba untuk membebaskan diri mereka dari umur tua dan kematian dengan tempat perlindungan di dalam aku, mereka akan menyadari Kenyataan Yang tertinggi ( Brahman).” ( 7.29)
Arjuna kemudian mempertanyakan:
” Purshottama, apa yang merupakan Kenyataan Yang tertinggi?” ( 8.1)
Purshottama berarti ” Orang Yang tertinggi,” ia satu-satunya yang dapat memberikan pengetahuan Kenyataan Yang tertinggi .

************************

Ratu ped

Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling

Berikut akan diulas secara singkat kisah Sugra Pakulun “Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling”, Hiduplah seorang Pangeran yang bertempat tinggal di Gunung Kila, yang bernama Pangeran Jumpungan. Pangeran Jumpungan menjadi seorang Pendeta, sehingga mempunyai gelar Dukuh. Dukuh Jumpungan memiliki keahlian dalam hal membuat perahu, sehingga beliau membuat loloan di Nusa Penida dan di Ceningan. Dukuh Jumpungan mempunyai istri yang bernama Ni Puri. Dari perkawinannya ini melahirkan Pangeran Merja. Pangeran Merja mempunyai istri yang bernama Ni Luna, dari perkawinannya terlahir Pangeran Undur dan seorang putri yang bernama Dyah Ranggini. Pangeran Undur mempunyai istri bernama Ni Lumi, sedangkan sang putri diambil istri menjadi permaisuri oleh Dalem Sawang. Dari perkawinan Pangeran Undur lahirlah Pangeran Renggan. Keturunan Dukuh Jumpungan yang lain adalah Pangeran Jurang yang beristri Ni Jarum bertempat di Bukit Biye, Ni Luh Puri di Goa Lawah, Pangeran Yangga di Padang, Ni Runa di Sakenan dan Pangeran Cenes di Segara.

Dari perkawinan Pangeran Renggan dengan Ni Merahim, lahirlah dua orang anak, satu laki-laki, yang satunya adalah perempuan. Yang laki-laki bernama Pangeran I Gede Mecaling dan yang perempuan di beri nama Ni Tole. Ni Tole kemudian menjadi permaisuri Dalem Sawang yang menjadi raja di Nusa Penida. Sedang Pangeran I Gede Mecaling mempunyai seorang istri yang bernama Ratu Ayu Mas Lebur Jagat atau Sang Ayu Mas Meketel atau Sang Ayu Mas Rajeg Bumi. Pangeran I Gede Mecaling menjadi Raja setelah Dalem Sawang wafat, karena berperang dengan Dalem Dukut.

Pangeran I Gede Mecaling sangat senang melakukan tapa brata yoga semadhi di Ped, pengastawaanya (pemujaan) ditujukan kepada Ida Bhatara Ciwa. Karena keataatan beliau melakukan yoga semadhi membuat hati Ida Bhatara Ciwa tersentuh. Siapakah yang melakukan yoga semadhi sedemikian hebatnya di bumi, sehingga Ida Bhatara Ciwa bersedia turun dari Swarga Loka untuk melihat di Bumi siapakah yang melakukan yoga sampai membuat hati beliau tersentuh. Dengan ketekunan tersebut Ida Bhatara Ciwa memberikan anugerah kesaktian berupa Kanda Sanga.

Kemudian, setelah mendapat panugrahan Kanda Sanga fisik Pangeran I Gede Mecaling menjadi berubah. Badan beliau menjadi besar, wajah beliau menjadi menyeramkan, taringnya menjadi panjang, suaranya menggetarkan seisi jagat raya. Sedemikian hebat dan sangat menyeramkan, maka seketika itu juga jagat raya menjadi guncang. Kegaduhan, ketakutan, kengerian yang disebabkan oleh rupa, bentuk dan suara yang meraung-raung siang dan malam dari Pangeran I Gede Mecaling membuat gempar di marcapada.

Melihat dan mendengar hal demikian, para Dewa pun ikut menjadi bingung karena tidak ada satu orang pun yang bisa menandingi kesaktian Pangeran I Gede Mecaling. Bahkan sesungguhnya para Dewata tidak ada yang bisa menandingi, tidak ada yang bisa mengalahkan kesaktian Pangeran I Gede Mecaling yang bersumber dari kedua taring beliau yang telah diberi anugrah oleh Ida Bhatara Ciwa. Selain dari taring (caling), Beliau juga memliki kesaktian Catur Sakti.

Akhirnya turunlah Ida Bhatara Indra untuk berusaha memotong taring Pangeran I Gede Mecaling. Setelah taring Pangeran I Gede Mecaling berhasil dipotong barulah beliau berhenti menggemparkan seisi jagat raya. Setelah itu Pangeran I Gede Mecaling kembali melakukan tapa brata yoga semadhi, pengastawanya di tujukan kepada Ida Bhatara Rudra. Lalu Ida Bhatara Rudra pun berkenan turun ke bumi untuk memberikan panugrahan kepada Pangeran I Gede Mecaling, berupa Panca Taksu, yaitu:
1. Taksu Balian
2. Taksu Penolak Grubug
3. Taksu Kemeranan
4. Taksu Kesaktian
5. Taksu Penggeger.

Salah satu Perancangan Ida
Dengan demikian Pangeran I Gede Mecaling memimpin semua Wong Samar dan Babhutan-Babhutan yang ada di bumi. Sebagai berikut Panjak Ida :
1. Sang Bhuta Asu
2. Sang Bhuta Narijana
3. Sang Bhuta Keli
4. Sang Bhuta Bregala
5. Sang Bhuta Sungsang
6. Sang Bhuta Terakas
7. Sang Bhuta Pelor
8. Sang Bhuta Landrang
9. Sang Bhuta Kiram
10. Sang Bhuta Rangsam
11. Sang Bhuta Tiyaksa
12. Sang Bhuta Suwanda
13. Sang Bhuta Kerandah
14. Sang Bhuta Wewerung
15. Sang Bhuta Bebahung

Pura Penataran Ped, Nusa Penida
Sebagai pengabih utama Ida Bethari Durga Dewi, Beliau diberi wewenang oleh Ida Bhatari Durga Dewi untuk mencabut nyawa manusia yang ada di bumi. Pangeran I Gede Mecaling juga di berikan wewenang sebagai penguasa samudra. Karena menguasai samudra sering juga disebut Ida Ratu Gede Samudra. Gelar Pangeran I Gede Mecaling yang diberikan oleh Ibu Durga Dewi yaitu Papak Poleng dan permaisurinya Sang Ayu Mas Rajeg Bumi diberi gelar Papak Selem. Pangeran I Gede Mecaling moksha di Ped dan istrinya moksha di Bias Muntig. Keduanya sekarang sebagai penguasa di bumi Nusa Penida dan mendapat wewenang sebagai penguasa kematian.

Dan akhirnya beliau bergelar Sugra Pakulun “Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling” atau “Ida Bhatara Ratu Sakti Mas Mecaling”.

Maka bagi umat Hindu yang ingin umurnya panjang, sehat, selamat dan lain-lain memohonlah kepada Beliau, Sugra Pakulun “Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling”. Semoga Ida senantiasa selalu ngicenin Waranugraha kepada kita semua, dan menjaga Pulau Bali dan Nusa Penida dari segala macam bencana dan mara bahaya.
#Rahayu

Tahap2an Belajar Ngeleak

Berikut ini tahap – tahap dalam mempelajari ilmu leak, yaitu:
.
1. Tahap Pertama Belajar NgLEAK
sisia (murid) akan diajarkan tentang bagaimana mengendalikan pernafasan, di Bali dan bahasa lontar disebut dengan MEKEK ANGKIHAN atau PRANAYAMA.
.
2. Tahap kedua belajar ngeleak
sisia (murid) akan diajarkan, dalam ajaran ini disebut ” NINGGALIN SANGHYANG MENGET“. disamping itu ditahapan belajar Menjadi Leak Bali ini sudah mulai diajari DASA AKSARA serta mantra yang berkaitan dengan keilmuan yang dipelajari.
.
3. Tahap ketiga belajar ngeleak
sisia akan diajarkan bagaimana dia melindungi diri dengan tingkah laku yang halus serta tanpa emosi dan dendam, diajaran ini disebut PENGRAKSA JIWA.
.
4. Tahap keempat belajar ngeleak
sisia akan diajarkan kombinasi antara gerak pikiran dengan gerak tubuh, dalam bahasa yoga disebut MUDRA, karena mudra ini berupa tarian jiwa akhirnya orang yang melihat atau yang nonton dibilang NENGKLENG ( berdiri dengan kaki satu ). Mudra yang di pelajari persis seperti tarian siwa nata raja.
.
5. Tahap kelima belajar ngLEAK
pada Tahapan Belajar Menjadi Leak Bali ini barulah sisia (murid) akan diajarkan MEDITASI, dalam ajaran pengeleakan disebut ” NGEREGEP, yaitu duduk bersila tangan disilangkan di depan dada sambil mengatur pernafasan sehingga pikiran menjadi tenang kemudian ngereh, dan ngelekas.
.
6. Tahap Keenam Belajar NgLEAK
Sisia (murid) akan diajarkan bagaimana melepas roh ( MULIH SANGHYANG ATMA RING BAYU SABDA IDEP ) melalui kekuatan pikiran dan batin, berada diluar badan dan pada tahap akhir ini adalah ujian akhir disebut dengan NGEREH memohon anugrah dari Betari Durga, selaku dewanya ajaran Bhairawi.
.
Disamping itu sisia yang berhasil menguasai dengan memperoleh anugrah dari Dewi Durga akan menjumpai serta diuji langsung oleh roh dari keilmuan yang dipelajarinya.
misalnya :
.
Sisia (murid) yang mempelajari ajian julit putih akan beradu ilmu dengan rerencangan Dewi Durga berupa julit putih. sisia yang dinyatakan lulus adalah yang mampu bertahan ataupun memenangkan pertarungan sebelum fajar.
.
Yuk belajar ngeleak 😂

Daksara

“DASA AKSARA”
Di Bali telah lama dikenal aksara atau huruf yang diperkirakan merupakan modifikasi dari huruf Jawa. Dan huruf Jawa ini mungkin berasal dari huruf Sansekerta. Diduga bahwa huruf ini dibawa oleh Raja Aji Saka yang datang ke Jawa pada tahun 78 Masehi. Sebab pada waktu itu mulai diterapkan Tahun Saka yang berbeda sekitar 78 tahun dengan tahun Masehi. Huruf yang diperkenalkan pada waktu itu sebenarnya bukan huruf tetapi suku kata, yang terdiri atas suku kata: Ha, na, ca, ra, ka, ga, ta, ma, nga, ba, sa, wa, la, pa, da, ja, ya, nya. Kedelapan belas aksara ini dapat dirangkaikan menjadi suatu kalimat untuk memudahkan menghapalkannya, yakni: Hana caraka gata mangaba sawala pada jayanya. Artinya: ada (dua orang) hamba berpengalaman membawa surat, sama perwiranya. Tetapi ada pula yang menulis aksara ini sebagai berikut: Hana caraka dhata sawala pada jayanya magabathanga. Artinya: Ada (dua) prajurit berkelahi, sama saktinya (akhirnya) keduanya menjadi mayat.

Kedelapan belas aksara ini merupakan wre-astra, yakni aksara yang tampak dan dapat diajarkan kepada siapa saja. Sedangkan aksara yang tidak tampak yang terdiri atas dua buah aksara disebut swalalita yaitu Ah dan Ang; merupakan aksara yang tidak boleh diajarkan kepada sembarang orang. Kedua aksara swalalita ini dilengkapi dengan pangangge sastra, yaitu kelengkapan aksara berupa ardha-candra berbentuk bulan sabit, windu yang melambangkan matahari berbentuk bulatan dan nada melambangkan bintang yang dilukis sebagai segi tiga. Ketiga pangangge sastra ini sering dipasangkan dengan aksara huruf hidup: a, i, u, e, o sehingga dibaca menjadi: ang, eng, ing, ong, dan ung. Suku kata ini disebut: ang-kara, eng-kara, ing-kara, ong-kara, dan ung-kara. Bentuk seperti ini disebut modre

Kelengkapan ketiga aksara swalalita ini sering dihubungkan dengan kekuatan dan simbol dari dewa, sehingga bentuk windu adalah lambang agni, Dewa Brahma, sama dengan aksara Ang. Bentuk ardha-candra adalah lambang air, Dewa Wisnu sama dengan aksara Ung. Dan bentuk nada adalah lambang udara, Dewa Siwa sama dengan aksara Mang. Ketiga aksara ini jika disatukan akan menjadi Ang-Ung-Mang atau A-U-M yang dibaca Aum atau Om. Di Bali diucapkan Ong. Aksara Ong-kara inilah sumber dari semua aksara, sehingga disebut wija-aksara, aksara yang maha suci, lambang Dewa Trimurti.

Kedudukan kedelapan belas aksara Bali tersebut di dalam tubuh manusia atau bhuana alit adalah sebagai berikut:

Ha di ubun-ubun
Na di antara kedua alis
Ca di dalam kedua mata
Ra di kedua telinga
Ka di dalam hidung
Da di dalam mulut
Ta di dalam dada
Sa di tangan (lengan) kanan
Wa di tangan (lengan) kiri
La di hidung
Ma di dalam dada kanan
Ga di dalam dada kiri
Ba di pusar
Nga di dalam alat kelamin
Pa di dalam pantat (anus)
Ja di kedua tungkai (kaki)
Ya di tulang belakang
Nya di tulang ekor

Kelengkapan atau pangangge aksara mempunyai kedudukan atau tempat pula di dalam tubuh manusia, yakni:

Ulu di kepala (dalam otak)
Taling di hidung
Surang di rambut
Nania di lengan (tangan)
Wisah di telinga
Pepet di batok kepala
Cecek di lidah
Guwung di kulit
Suku di tungkai (kaki)
Carik di persendian
Pamada di alur jantung

Dari semua aksara ini ada beberapa yang mempunyai nilai yang tinggi dan peranan yang amat penting di dalam buana alit. Aksara tersebut bergabung menjadi aksara rwa-bhineda: ang-ah, tri-aksara: a-u-m, panca-tirtha: na-ma-si-wa-ya, panda-brahma: sa-ba-ta-a-i. Jika panca tirtha digabung dengan panca brahma maka terciptalah dasa aksara. Bila aksara yang ada di panca tirtha dipasangkan dengan aksara panca brahma akan muncul Sang Hyang Panca Aksara. Inilah panca aksara tersebut:

Sa + Na menjadi Mang

Ba + Ma menjadi Ang

Ta + Si menjadi Ong

A + Wa menjadi Ung

I + Ya menjadi Yang

Ada pula yang memberikan ulasan tentang dasa aksara ini bahwa setiap aksara itu mempunyai arti sendiri-sendiri, yaitu:

Sa berarti satu

Ba berarti bayu

Ta berarti tatingkah

A berarti awak

I berarti idep

Nama berarti hormat

Siwa berarti Siwa

Ya berarti yukti

Dengan pengertian seperti itu, maka arti dari dasa aksara ini adalah orang yang mempunyai tingkah laku dan pikiran (idep) yang luhur saja yang mampu mempergunakan beyu kekuatan dari Siwa. Dengan menyatukan tingkah laku dan pikirannya dia akan mampu mempergunakan dasa bayu untuk kesehjateraan buana alit dan buana agung.

Jika panca tirtha digabung dengan panca brahma ditambah dengan tri aksara dan eka aksara akan terjadi catur dasa aksara. Catur dasa aksara ini terdiri atas: sa-ba-ta-a-i ditambah na-ma-si-wa-ya, serta digabung dengan ang-ung-mang dan ong-kara yang erat kaitannya dengan catur-dasa-bayu, suatu kekuatan yang ada di dalam buana alit dan buana agung, yang memungkinkan manusia dan dunia hidup dengan wajar.

Menurut Lontar Kanda Pat, jika manusia dapat menguasai cara penggunaan pangangge sastra atau sastra busana, maka dia dianggap telah menguasai ajaran Durga, dewi kematian yang ada di kuburan.. Seseorang yang mampu mempergunakan wisah, yakni, huruf h, maka orang tersebut akan mampu melakukan aneluh, membencanai orang lain. Bila dia mampu mempergunakan aksara wisah dan taling maka dia dapat melakukan tranjana (ilmu sihir). Kalau dia mampu mempergunakan wisah dan cecek, maka dia akan dapat melaksanakan hanuju, menunjukkan kekuatannya ke suatu sasaran yang tepat.

Seseorang yang dapat memanfaatkan busana sastra wisah, taling, cecek, dan suku sekaligus maka dia dapat menjadi leak. Dia adalah seorang leak ahli bathin yang amat besar.

Dia mampu mengendalikan semua kekuatan negatif atau pangiwa yang ada di dunia ini. Untuk mampu menggunakan aksara pangangge ini yang merupakan gambar dan lambang yang rumit ini perlu ketekunan dan kemauan keras untuk mempelajarinya. Jika salah mempelajarinya maka kekuatan aksara ini akan dapat membahayakan jiwa orang yang mempelajarinya. Tetapi bagi orang yang mampu mempelajarinya dengan baik, maka orang ini dapat mempergunakan kekuatan aksara ini untuk tujuan baik sehingga menjadi balian panengen, untuk menyembuhkan orang sakit akibat terkena sihir balian pangiwa. Untuk mempelajari lebih dalam mengenai aksara pangangge ini dapat dibaca di dalam lontar Tutur Karakah Durakah, Panglukuhan Dasaksara, Tutur Karakah Saraswati, Tutur Bhuwana Mabah, Usada Tiwas Punggung, Usada Netra dan lainnya lagi.

Setiap aksara apalagi setelah digabungkan beberapa aksara sehingga menjadi dasa aksara, panca aksara, catur aksara, tri aksara, dwi aksara, dan eka aksara mempunyai gambar atau lambang sendiri-sendiri dengan kekuatan bayu atau vayu yang dapat dimanfaatkan untuk kebaikan dan kesehjateraan umat manusia. Tetapi ada pula orang yang mempelajari aksara ini dengan tujuan utnuk membuat sakit orang lain, sehingga dia disebut balian pangiwa. Hal ini tentunya tidak dikehendaki oleh umat manusia.

🙏🙏🙏